Trans Studio Bandung adalah sebuah taman bermain dalam ruangan yang berlokasi di Bandung Supermall. Trans Studio Bandung merupakan Trans Studio yang kedua setelah Makassar.
Semenjak BSM direnovasi untuk pembangunan Trans Studio, saya jarang sekali mampir ke BSM. Kali ini wajah BSM jauh berbeda. Sisi barat yang tadinya tempat parkir terbuka, kini telah menjadi gedung tempat parkir yang di atasnya ada Trans Studio. Nyaris seluruh lahan BSM kini dikuasai oleh gerai-gerai dari Paragroup. Tak ada lagi Starbucks, digantikan dengan tak kurang dari setengah lusin gerai Coffee Bean & Tea Leaf. Gerai es krim Baskin-Robbins pun bertebaran dimana-mana.
Yang disebut dengan ‘tiket masuk’ ternyata adalah kartu Mega Cash. Ini adalah kartu pembayaran contactless yang cara kerjanya mirip dengan Flazz dari BCA atau eToll Card dari Bank Mandiri. Jika sudah memiliki kartu ini dengan saldo yang mencukupi, pengunjung sebenarnya hanya tinggal masuk ke area Trans Studio.
Trans Studio Bandung merupakan taman bermain dalam ruangan, kecuali satu: Yamaha Racing Coaster. Yamaha Racing Coaster merupakan satu-satunya wahana di Trans Studio yang berada di luar ruangan. Dengan tinggi 50 meter, roller coaster ulang alik ini terlihat dari jauh, dan mungkin satu-satunya tanda bahwa di tempat ini ada taman bermain.
Trans Studio Bandung terbagi menjadi tiga bagian: Studio Central, Magic Corner dan Lost City. Ketiganya terhubung ke sebuah panggung pertunjukan yang luas. Pertama memasuki Trans Studio, pengunjung langsung masuk ke bagian Studio Central. Di sini ada Yamaha Racing Coaster, Vertigo, Giant Swing dan beberapa wahana lainnya. Karena pengunjung yang membludak, saya memilih untuk tidak menaiki wahana yang antriannya panjang, dan memanfaatkan waktu saya untuk mengambil beberapa gambar.
Setelah menyusuri Studio Central, pengunjung akan sampai ke Amphitheater, yaitu tempat pertunjukan luas. Di tempat ini diselenggarakan berbagai pertunjukan. Ada yang di atas panggung, ada pula yang di tengah-tengah jalan. Dari area Amphiteater, pengunjung dapat belok kiri ke The Lost City, atau belok kanan ke area Magic Corner.
The Lost City. Di sini terdapat wahana-wahana Sky Pirates, yaitu kereta yang bergerak di atas area Trans Studio; dan Jelajah, yang mirip dengan Niagara-gara di Dunia Fantasi. Di sini juga ada wahana Kong Climb, yaitu wahana panjat dinding. Kami memilih untuk menaiki Kong Climb karena waktu itu hanya wahana ini yang antriannya tidak terlalu panjang.
Ketika kembali ke depan Amphitheater, ternyata pertunjukan “Legenda Putra Mahkota” akan dimulai. Kami pun menyaksikan pertunjukan ini. Ini adalah pertunjukan musikal dengan berbagai macam efek khusus dan atraksi dari puluhan pemain yang sangat memukau. Menurut saya pertunjukan ini tak kalah menarik dibandingkan pertunjukan The Golden Mickeys di Disneyland.
Sekitar pukul 16.30, petugas menyuruh para pengunjung untuk ke pinggir jalan. Rupanya iring-iringan parade akan dimulai. Parade ini menampilkan beberapa kendaraan dan puluhan peserta yang mengenakan kostum karakter. Parade ini berlangsung kurang lebih selama 30 menit.
Selanjutnya kami menuju area Magic Corner. Seperti area-area lainnya, di sini pun antrian terlalu panjang bagi saya untuk ikut mengantri. Saya hanya mengantri wahana Dunia Lain hanya karena kami mendapat kesan kalau antriannya tidak panjang, walaupun sebenarnya cukup panjang. Kami yang bukan pengunjung VIP mengantri tak kurang dari satu setengah jam. Sedangkan pengunjung VIP diberi antrian khusus yang bersebelahan dengan antrian biasa. Hasilnya, tentu saja, setiap kali ada pengunjung VIP yang masuk akan langsung disoraki oleh pengunjung reguler yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Dalam antrian ini, disiplin pengunjung kembali diuji. Masalah yang saya dapati dalam antrian pertama saya di Trans Studio ini adalah gang antrian terlalu lebar. Seperti biasa, di Indonesia seseorang tidak akan membiarkan celah sekecil apapun di depan. Jika ada celah sekecil apapun, maka akan diserobot ‘angkot’. Tak berbeda seperti di jalan raya, di Trans Studio pun demikian.
Dunia Lain adalah wahana ‘rumah hantu’. Pengunjung menaiki sebuah kereta yang bergerak sendiri secara otomatis. Sepanjang perjalanan, pengunjung menyaksikan berbagai macam legenda kota Bandung yang berhubungan dengan hal-hal mistis, seperti halnya ambulans Bahureksa, Gua Belanda, dan lain-lain.
Jam 9 malam antrian mulai surut. Saya memilih untuk naik wahana Sky Pirates untuk mengabadikan suasana Trans Studio Bandung dari atas.
Trans Studio Bandung tutup jam 10 malam. Pengelola memberi kesempatan bagi pengunjung untuk menguangkan kartu Mega Cash bagi yang tidak membutuhkan lagi kartu tersebut. Menurut pengalaman saya memang kartu ini praktis tidak berguna di luar BSM. Jadi kami memilih untuk menguangkan kartu tersebut.
Trans Studio Bandung menyediakan beberapa wahana yang cocok untuk dinikmati anak kecil, tapi tidak terlalu banyak, dan rasanya anak-anak kecil dengan tinggi di bawah 110cm hanya akan lebih banyak menyaksikan orang tuanya bermain.
Karena terlampau penuh sesak, Rp 200 ribu/orang yang kami keluarkan waktu itu ternyata tidak sepadan dengan apa yang kami dapatkan. Selain itu masih terdapat beberapa wahana yang belum beroperasi. Mudah-mudah di lain waktu saya bisa mendapatkan kesempatan untuk kembali ke Trans Studio Bandung menikmati wahana-wahana yang lain, dan tentu saja, dalam suasana yang tidak penuh sesak.
Tiket Masuk
Harga tiket masuk Trans Studio Bandung adalah:
- Senin s/d Jumat : Rp. 150.000,- ( Seratus lima puluh ribu rupiah )
- Sabtu - Minggu / Hari Libur : Rp. 200.000,- ( Dua ratus ribu rupiah )
Tambahan Rp. 200.000,- ( Dua ratus ribu rupiah ) untuk VIP Pass, jika kita ingin selalu nomor satu di setiap antrian. Berlaku untuk seluruh wahana dan atraksi sepuasnya atau dapat berkali-kali.
0 comments:
Post a Comment